Selasa, 19 Oktober 2010

siklus kehidupan perempuan periode bayi dan anak

BAB 1
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social secara lengkap dan bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya.
Perempuan merupakan pusat asuhan dari seorang Bidan. Karena pada perempuanlah proses reproduksi manusia akan berlangsung. Daur kehidupan perempuan dimulai dari masa konsepsi hingga masa lansia. Tiap periode daur kehidupan perempuan berperan penting dalam kehidupan selanjutnya. Begitu pula pada periode bayi dan anak.
Bayi adalah anak usia 0 tahun hingga berumur 12 bulan, dan pada usia 1-5 tahun disebut balita (bawah lima tahun). Pada masa inilah sedang terjadi perkembangan yang begitu pesat dan menjadi awal pembentukan karakter di masa mendatang. Sedangkan anak adalah dalam rentang usia 5-16 tahun. Pada masa inilah anak mulai belajar mandiri dalam menentukan karakter pribadinya masing-masing.
Dua masa penting inilah yang menjadi perhatian para orang tua dalam mendidik anaknya. Selain perkembangan secara fisik, orang tua juga harus mengembangkan dari segi psikologi dan sosialnya.
Namun, masih banyak dijumpai bahwa pengetahuan dari orang tua mengenai tumbuh kembang anak masih kurang. Sehingga perkembangan anak tidak optimal dan ketidak seimbangan antara tumbuh kembang dari segi fisik dan psikososialnya.
Oleh karena itulah penulis mengambil tema Tumbuh Kembang dengan judul Tumbuh Kembang Daur Kehidupan Perempuan Periode Bayi dan Anak dalam makalah ini.


RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah tumbuh kembang pada bayi dan anak?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan anak?
3. Gangguan tumbuh kembang apa saja yang dapat terjadi pada anak?
4. Tindakan yang seharusnya dilakukan seorang bidan dalam menghadapi masalah tumbuh kembang pada anak?

TUJUAN
Adapun tujuan penulis menyusun makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas praktikum Kesehatan Reproduksi Semester II STIKES ‘Aisyiyah tahun 2010.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai tumbuh kembang pada bayi dan anak.
3. Mengetahui aspek fisik dan psikososial yang terjadi pada bayi dan anak.
4. Mengetahui peran keluarga, kader kesehataan, lingkungan dan pemerintah terhadap tumbuh kembang pada bayi dan anak.

BAB II
LANDASAN TEORI


A. Tumbuh Kembang Bayi dan Balita
Pertumbuhan memiliki arti bertambahnya jumlah dan ukuran sel alat tubuh sehingga tubuh bertambah besar. Misalnya, bayi saat lahir beratnya 3,5 kg, kemudian pada usia 1 tahun menjadi 11 kg atau rambut bayi bertambah panjang dan lebat, kita mengatakan bahwa bayi tersebut telah mengalami pertumbuhan.
Sedangkan yang dimaksud dengan istilah perkembangan ialah bertambah matangnya fungsi alat tubuh, termasuk fungsi intelektual, emosi, dan kepribadian. Sebagai contoh, usus bayi yang baru lahir belum matang fungsinya, enzim pencernaannya belum cukup sehingga belum dapat mencerna makanan padat.
Seiring bertambahnya usia, ukuran usus akan bertambah besar dan enzim pencernaannya makin matang sehingga dapat mencerna makanan setengah padat ataupun padat. Hal ini pulalah yang menyebabkan jenis makanan yang dapat diberikan kepada bayi berubah secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia. Bayi dan anak kecil juga belum mempunyai rasa malu karena aspek psikososialnya belum berkembang, namun rasa malu dan pengertian mengenai tata krama akan berangsur berkembang sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman dalam berhubungan dengan orang-orang di lingkungannya.
Aspek Tumbuh Kembang
Tumbuh-kembang meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Aspek biologis (fisik).
2. Aspek psikis (kejiwaan)
3. Aspek sosial (kemasyarakatan)
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi

Ketiga aspek tumbuh-kembang tersebut dipengaruhi oleh:
1. Faktor bawaan (faktor genetik, faktor yang ada dalam tubuhnya sendiri dan dibawa oleh anak sejak lahir)
2. Faktor lingkungan (faktor yang berasal dari luar dirinya)
Sebagai contoh, orangtua dari keturunan Asia yang umumnya berperawakan sedang, cenderung memiliki anak yang juga bertubuh pendek, namun bila sejak bayi diberi makanan bergizi tinggi, tubuhnya cenderung lebih tinggi daripada orangtuanya atau kakek-neneknya. Sebaliknya, meskipun orang Eropa namun jika sejak bayi selalu menderita kurang gizi maka pada saat dewasa ia tidak dapat mencapai tinggi yang seharusnya dapat ia capai. Bayi yang lahir dengan memiliki potensi untuk menjadi orang pandai, apabila sejak bayi tidak dididik dengan baik atau kurang gizi, ia tidak dapat mencapai tingkat kecerdasan yang seharusnya dimilikinya.
3. Faktor bawaan
Faktor bawaan tidak dapat diubah, tetapi yang dapat dilakukan adalah upaya untuk senantiasa menyediakan lingkungan sebaik mungkin bagi anak, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
4. Faktor lingkungan mencakup aspek asuh untuk memenuhi kebutuhan fisik (pangan, sandang, papan, pengobatan, dan lain-lain), aspek asih untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang dan perhatian, dan aspek asah untuk memenuhi kebutuhan akan rangsangan atau stimulasi (pendidikan, pergaulan).
5. Faktor gizi
Pertumbuhan memerlukan makanan bergizi dalam jumlah yang cukup dengan perbandingan kandungan zat gizi yang seimbang antara kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Makanan tersebut disediakan dalam bentuk yang sesuai dengan fungsi pencernaan dan usia anak.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tidak selalu sama pada semua umur dan berbeda antara satu alat tubuh dengan alat tubuh lainnya. Secara alamiah bayi akan mengalami pertambahan berat badan secara cepat dalam waktu 3-6 bulan pertama, kemudian peningkatan berat badannya menjadi lambat dan saat berusia 1 sampai 5 tahun, pertambahan berat badan semakin lambat namun pertumbuhan cepat akan kembali terjadi menjelang dan selama masa remaja. Sel otot dan tulang akan terus bertambah jumlah dan ukurannya dari janin hingga remaja, tetapi otak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat antara usia 0 sampai 2 tahun, kemudian melambat dan berhenti pada usia 6 tahun. Jantung sudah berkembang dan berfungsi layaknya jantung orang dewasa pada waktu bayi berusia 1 tahun, sedangkan otak meskipun pertumbuhannya sudah berhenti pada usia 6 tahun tetapi perkembangan fungsinya masih berlangsung terus hingga dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling berkaitan walaupun tidak bersifat mutlak. Agar alat tubuh berfungsi baik, diperlukan jumlah dan ukuran sel yang cukup. Walaupun demikian, dapat saja terjadi pertumbuhan seorang anak sangat baik tetapi perkembangan intelektual dan emosinya kurang. Demikian pula sebaliknya, ada yang tubuhnya kecil tetapi sangat cerdas. Oleh karena itu, dalam pembinaan anak, faktor pertumbuhan dan perkembangan harus diperhatikan secara bersamaan. Kita tidak dapat hanya mencukupi kebutuhan fisik anak dengan memberikan makanan bergizi secara seimbang saja, akan tetapi menafikan atau mengabaikan perkembangan jiwa dan sosialnya.
Perkembangan Tumbuh Kembang Bayi
Pembinaan tumbuh-kembang anak berawal dan berdasar pada lingkungan rumah. Keluarga yang memberikan dasar bagi anak untuk berdisiplin, taat beribadah, sopan-santun, berbudi pekerti luhur, jujur, rajin belajar, hidup bersih dan sehat, dan sebagainya. Lingkungan luar rumah penting untuk pengembangan pribadi anak, namun tetap bertitik tolak pada pembinaan budi pekerti dan dasar-dasar yang ditanamkan oleh orangtua dalam keluarga.
Bayi yang baru lahir bukanlah organisme yang isi kepalanya kosong dan tidak mengerti apapun juga. Disamping hal lainnya, bayi memiliki refleks dasar yang secara genetic merupakan mekanisme pertahanan hidupnya. Misalnya, bayi yang baru lahir tidak takut dengan air ia secara alamiah akan menahan nafasnya dan mengkontraksikan kerongkongannya untuk menjaga agar tidak kemasukan air.
Refleks mengatur gerakan gerakan bayi yang baru lahir. Sifat refleks ini adalah otomatis dan diluar kendali bayi yang baru lahir tersebut. Refleks ini merupakan reaksi yang inheren (built in) terhadap rangsangan tertentu dan bayi bayi kecil secara otomatis akan memberikan respons penyesuaian diri terhadap lingkungan mereka, sebelum mereka memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak.
Macam Refleks pada Bayi
1. Refleks menghisap (sucking reflex) terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. Refleks menghisap memudahkan bayi yang baru lahir untuk memperoleh makanan sebelum mereka mengasosiasikan puting susu dengan makanan. Menghisap adalah refleks yang sangat penting pada bayi. Refleks ini merupakan rute bayi menuju pengenalan akan makanan. Kemampuan menghisap bayi yang baru lahir berbeda beda. Sebagian bayi yang baru lahir menghisap dengan efisien dan bertenaga untuk memperoleh susu, sementara bayi bayi lain tidak begitu terampil dan kelelahan bahkan sebelum mereka kenyang. Kebanyakan bayi yang baru lahir memerlukan waktu beberapa minggu untuk mengembangkan suatu gaya menghisap yang dikoordinasikan dengan cara ibu memegang bayi, cara susu keluar dari botol atau payudara, serta dengan kecepatan dan temperamen bayi waktu menghisap. Refleks menghisap adalah suatu contoh refleks yang muncul saat lahir dan kemudian akan menghilang seiring dengan usia bayi.
2. Refleks mencari (rooting reflex) terjadi ketika pipi bayi diusap (dibelai) atau di sentuh bagian pinggir mulutnya. Sebagai respons, bayi itu memalingkan kepalanya ke arah benda yang menyentuhnya, dalam upaya menemukan sesuatu yang dapat dihisap.
3. Refleks moro (moro reflex) adalah suatu respon tiba tiba pada bayi yang baru lahir yang terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan, bayi yang baru lahir itu melengkungkan punggungnya, melemparkan kepalanya kebelakang, dan merentangkan tangan dan kakinya. Refleks moro adalah peninggalan nenek moyang primate kita dan refleks ini merupakan upaya untuk mempertahankan hidup. Refleks ini merupakan keadaan yang normal bagi semua bayi yang baru lahir, juga cenderung menghilang pada usia 3 hingga 4 bulan. Sentuhan yang lembut pada setiap bagian tubuh bayi akan menenangkan bayi yang sempat terkejut. Memegang lengan bayi yang dilenturkan pada bahu akan menenangkan bayi.
4. Refleks menggenggam (grasping reflex) tejadi ketika sesuatu menyentuh telapak tangan bayi. Bayi akan merespons dengan cara menggenggamnya kuat kuat. Pada akhir bulan ketika, refleks menggenggam berkurang dan bayi memperlihatkan suatu genggaman yang lebih spontan, yang sering dihasilkan dari rangasangan visual. Misalnya, ketika bayi melihat suatu gerakan yang berputar diatas tempat tidurnya, ia akan meraih dan mencoba menggenggamnya. Ketika perkembangan motoriknya semakin lancar, bayi akan menggenggam benda benda, menggunakannya secara hati hati, dan mengamati benda benda tersebut.
Aspek Fisik dalam Tubuh Kembang Bayi
Perkembangan Motorik kasar
- Bila bayi mengamati sesuatu pada satu sisi, ia akan memiringkan kepala dan badan sehingga membuatnya terguling. Karena itu, hati-hati jika menaruh bayi, perhatikan sekelilingnya, apakah cukup aman dan tidak berisiko membuatnya terjatuh.
- Kepalanya sudah bergerak-gerak dengan aktif jika ditelungkupkan. Ia pun mulai bisa bertopang tegak pada kedua lengannya (dengan ujung-ujung jari kaki menahan pada alas). Dalam posisi telungkup pun ia mudah untuk bergerak memutar.
- Ketika dari posisi telentang, kedua tangannya ditarik, kedua lengannya akan melengkung dan kepala bayi menunduk ke depan sehingga dagu menyentuh dada. Ketegangan otot perut dan pangkal paha juga menyebabkan pinggul tertekuk. Bayi pun dapat duduk dengan dibantu.
- Kalau bayi "diberdirikan" dengan memegang kedua ketiaknya, tampak kedua kaki bayi bisa tegak. Bertumpu pada kedua kaki dengan posisi seimbang bisa dilakukan dalam hitungan 1-2 detik.


Perkembangan Motorik halus
- Bayi sudah mencoba meraih mainan yang digerak-gerakkan di depan pandangannya atau yang ditaruh di dadanya.
- Telapak tangannya sudah membuka sehingga orangtua bisa memegang kedua tangannya dan membantu si kecil untuk bertepuk tangan.
- Sudah bisa memerhatikan suatu objek yang berjarak.
Perkembangan sosial-emosi
- Bayi mulai memunculkan berbagai suara sebagai ekpresi rasa senang atau tidak senang ketimbang menangis.
- Dapat memberi respons dengan mengoceh atau tersenyum pada orang dewasa yang mengajaknya bercanda.
- Bisa membedakan wajah-wajah yang tersenyum, suara-suara ramah maupun yang menunjukkan amarah. Respons yang diberikan berbeda terhadap apa yang dilihat. Maka itu, seringlah memberikan senyuman serta suara riang gembira pada bayi.
- Dapat menikmati permainan, baik bermain sendiri dengan suatu objek atau bermain sosial semisal bermain cermin. Ia akan tersenyum ketika melihat bayangannya di cermin.
- Mengulurkan tangan minta digendong ibu atau orang yang sudah dikenalnya.
- Jika ada bayi lain, biasanya ia memberikan respons untuk menarik perhatian. Seperti dengan menendang-nendangkan kaki, tertawa, main ludah atau melambungkan badannya ke atas-ke bawah.
Perkembangan Kognitif
- Dapat bereksplorasi sensori dengan menggunakan tangan dan mulut. Lantaran itu, ia memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut.
- Bisa meraih suatu objek dengan sengaja.
- Seringkali terlihat memainkan tangan, kaki serta jemarinya sambil mengamati dengan penuh perhatian.
- Mulai memahami air muka dan nada suara orang dan serta dapat memerhatikan dan menafsirkan perilaku orang yang senang, marah, dan lainnya. Bayi pun akan memberi respons dengan menunjukkan wajah ketakutan, keheranan atau lainnya.
Perkembangan Bahasa
- Bisa berteriak-teriak ketika ditinggal sendirian atau tak ada orang di dekatnya.
- Mengoceh dan menyuarakan suara-suara seperti "aaah", "ee", atau "oy".
- Jika diajak bercanda bisa mengungkapkan rasa senang dan gembiranya dengan tertawa.
- Mulai memberi respons dengan mendengar dan memerhatikan suara musik yang diperdengarkan, adakalanya dengan mendekut.
- Orangtua bisa mestimulasi dengan memperdengarkan kata-kata yang familiar (sudah dikenalnya). Bayi akan mencoba-coba untuk menirukan suara-suara itu.
B. Tumbuh Kembang pada Anak
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupuni ndividu, yang bias diukur dengan ukuran berat(gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspekfisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu.Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada anak yaitu pertumbuhan yang terjadi secara bertahap atau memerlukan proses.Pertumbuhan fisik pada anak ada kalanya lambat, ada juga kalanya cepat. Perubahan fisik pada anak dapat dibagi menjadi 4 periode yaitu:
- periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhannya sangat cepat.
- periode akhir tahun pertama kehidupan pasca lahir, pertumbuhannya sedikit lambat.
- periode usia 8-12 tahun, pertumbuhannya stabil dan menuju masa kematangan seksualnya.
- periode usia 15-18 tahun, pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali atau biasa disebut ledakan pertumbuhan pubertas. Periode ini kemudian akan disusul dengan periode tenang kembali sampai memasuki tahap dewasa.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak
Faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan antara satu anak dengan yang lain antara lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:
1. Kesukaraan penyesuaian diri
Selama dalam periode pertumbuhan yang cepat, kebutuhan yang terus menerus untuk membentuk pola penyesuaian diri dapat sangat merusak kehidupan emosionalnya. Sedangkan dalam tahap lpertumbuhan yang lambat, pembentukan pola penyesuaian diri ini akan lebih mudah.
2. Kebutuhan Energi
Pertumbuhan yang sangat cepat sangat membutuhkan energi yang besar, sehingga anak cenderung mudah lelah. Hal ini membuat mereka gampang tersinggung dan emosinya tidak menentu. Sedangkan dalam daur pertumbuhan yang lambat, energi ini dapat dimanfaatkan untuk bermain atau melakukan kegiatan lainnya. Anak-anak dalam tahap ini akan terlihat lebih ceria dan mudah dikendalikan.
3. Kebutuhan Gizi
Zat makanan yang mengandung nilai gizi lebih banyak dibutuhkan dalam tahap pertumbuhan yang cepat, yaitu pada usia 2 sampai 3 bulan pertama kehidupannya dan nanti pada tahap remaja. Anak-anak yang dalam tahap tersebut kurang mendapat pemenuhan makanan bergizi, cenderung mudah lelah dan mudah tersinggung. Mereka kurang berminat terhadap pelajaran sekolah atau bermain dengan teman sebayanya dan umumnya penyelesaian sosialnya memprihatinkan.
4. Kemampuanmempertahankan Keseimbangan
Pada saat anak dalam periode pertumbuhan yang lambat, biasanya tubuh orang ini secara alami dapat mempertahankan keseimbangan dirinya dengan cukup baik. Sebaliknya pada tahap pertumbuhanyang cepat, keeimbangan ini terganggu. Ini terlihat dari menurunnya nafsu makan, mudah lelah, gampang tersinggung, dan pergaulannya secara sosial memburuk.
5. Kecanggungan
Pertumbuhan yang cepat ini hampir selalu diiringi dengan adanya perasaan canggung. Anak-anak yang sebelumnya sudah memperhatikan koordinasi tubuh cukup baik akan terlihat seperti anak yang lamban, dan sering terlihat seperti anak tersandung oleh kakinya sendiri. Apabila pertumbuhan yang cepat tadi menjadi sedikit lambat, maka kecanggungan terrsebut akan menghilang dan digantikan dengan koordinasi motorik yang baik kembali.
PERUBAHAN PADA ANAK
1.Ukuran Tubuh pada Anak
Besar kecilnya tubuh seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan juga faktor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Sedangkan lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan tubuh anak, baik lingkungan pralahir anak maupun lingkungan pasca lahirnya. Kekurangan gizi, merokok, tekanan batin yang dialami ibu yang sedang mengandung juga menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan anak secara fisik.
2. Tinggi Tubuh
Pertumbuhan tinggi tubuh anak satu anak dengan lainnya berbeda-bera. Secara umum, tinggi badan anak dapat digambarkan misalnya, bayi baru lahir berukuran 43 sampai 52 cm. Dalam 2 tahun kemudian pertumbuhan tinggi badannya terjadi dengan cepat. Pada usia 4 bulan, bayi berukuran antara 58 sampai 60 cm. Pada usia 1 tahun berukuran 70 sampai 75 cm. Pada saat anak umur 2 tahun tinggi badannya mencapai 80 sampai 85 cm. Pada usia 5 tahun badannya sudah mencapai 2 kali panjang ketika lahirnya.
3. Berat Tubuh
Berat badan bayi pada saat lahir adalah sekitar 3 sampai 4 kg. Pada usia 4 bulan, berat badan anak 2 kali dari berat lahirnya dan pada umur 1 tahun beratnya 3 kali berat lahirnya. Pada usia 3 tahun beratnya bertambah dengan cepat dan pada usia 5 tahun beratnya bisa mencapai 5 kali berat lahinya hingga pada usia remaja berat tubuhnya bisa mencapai 40 sampai 45 kg.
Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Tubuh
1. Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga seperti faktor keurunan dan lingkungan dapat mempengaruhi. Keturunan menyebabkan seseorang dapat mempengaruhi tubuhh anak tersebut akan gemuk atau tidak. Sedangkan lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa oleh anak.


2. Gizi
Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf remaja dibandingkan dengan mereka yangkurang memperoleh gizi. Lingkungan dapat memberikan pengaruh pada remaj sedemikian rupa sehingga menghambat potensi untuk pertumbuhan di masa remaja.
3. Gangguan Emosional
Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan menyebabkan berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan kelenjar ptuitari. Bila terjadi hal yang demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.
4. Jenis Kelamin
Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan lebih berrat daripada anak perempuan, kecuali pada usia antara 12 sampai 15 tahun (anak perempuan biasanya akan lebih tinggi dan berat daripada anak laki-laki). Terjadinya perbedaan berat dan tinggi tubuh ini karena bangun tulang dan ootot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak perempuan.
5. Suku Bangsa
Prebadaan berat dan tinggi tubuh, mungkin saja berkaitan dengan latar belakang suku bangsa. Misalnya anak berkulit puti perkembangan tubuhnya lebih cepat dibandingkan dengan orang yang berkulit hitam, meskipun berasal dari latar belakang ekonomi yang sama.
6. Kecerdasan
Biasanya anak yang kecerdasannya lebih tinggi akan lebih gemuk dan berat daripada anak yang kecerdasannya rendah. Juga anak yang prestasinya disekolah menonjol, cenderung lebih gemuk dann berat.
7. Status Sosial Ekonomi
Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, cenderung lebih kecil daripada anak yang lainnya.
8. Kesehatan
Anak-anak yang sehat dan jarang sakit biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit.
9. Fungsi Endokrin
Bila fungsi endokrin bekerja normal, maka akan memperlihatkan ukuran tubuh yang normal pula. Sebaliknya bila anak mengalami kekurangan hormon pertumbuhannya, maka ia akan menjadi kecil seperti orang kerdil, sedangkanyang kelebihan hormon pertumbuhan akan tumbuh menjadi lebih besar sehingga tidak sesuai dengan usia sebayanya.
10. Pengaturan Pralahir
Kondisi pralahir yang tidak menguntungkan selama ibu hamil, misalnya kekurangan gizi, tekanan batin, perokok berat, cenderung menghmbat pertumbuhan bayi dalam tahun-tahun pascalahir dibandingkan dengan sebayanya.
11. Pengaruh Tubuh
Bangun tubuh, ektomorf, mesomorf, atao endomorf jelas akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh anak. Misalnya, anak yang bangun tubuhnya mesomorf akan lebih besar daripada yang endomorf atau anak yang ektomorf karena memang lebih gemuk dan berat.

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI
Perkembangan anak berbeda dari psikologi anak karena 3 hal yaitu:
1. Psikologi anak lebih menitikberatkan isi atau hasil perkembangan sedangkan perkembangan anak mengenai proses itu sendiri.
2. Perkembangan anak lebih menekankan peran lingkungan dan pengalaman ketimbang psikologi anak.
3. Psikologi anak mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mempelajari bidang perilaku anak yang berbeda, sedangkan perkembangan anak mempunyai enam tujuan yaitu untuk menemukan apa saja karakteristik perubahan usia dalam penampilan , perilaku, minat, dan tujuan dari satu periode perkembangan ke periode yang lain untuk menemukan kapan perubahan ini terjadi.
Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Perkembangan Anak antara lain :
1. Stimulasi
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak.Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi.
2. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
3. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnya pujiaan, ciuman, belaian, tepuk tangan dan sebagainya.
4. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
5. Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun, dan sebagainya.
6. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, diharapkan setiap anak mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun.Sehingga dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak.
7. Cinta dan kasih sayang
8. Salah satu hak anak adalah dicintai dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang perlakuan yang adil dari orang tuanya.
C. Gangguan Tumbuh Kembang Anak

7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui. Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus. Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap dapat mengetahuinya secara dini kelainan pada anak kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat kita ambil. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat.

7 gangguan tumbuh kembang anak yang perlu kita ketahui :
1. Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan ocial ve seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
4. Sindrom Down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih.Beberapa ocial seperti kelainan jantung ocial ve , hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
5. Perawakan pendek.
Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
6. Gangguan ocial
Merupakan gangguan perkembangan ocial ve pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun.Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam.Gangguan perkembangan yang ditemukan pada ocial mencakup bidang interaksi ocial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah ( IQ<70) yang masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( GPPH )
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

KASUS 1
Bayi Tanpa Anus

Kasus kelahiran bayi tanpa anus merupakan kasus ketiga yang terjadi di Kota Batam. Baru-baru ini, kembali lagi bayi lahir tanpa anus. Penyebab kelahiran bayi tanpa anus, bisa dikarenakan sel yang tumbuh dalam janin kurang sempurna. ''Bayi lahir tanpa anus, dikarenakan pembentukan sel dari luar dan dalam tubuh bayi kurang sempurna,'' papar Dr Tjahja Sanggara SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan, Senin (9/7). Ia menjelaskan, pertumbuhan sel kurang sempurna, bisa dikarenakan jalinan usus dan anus yang seharusnya menyatu tidak terjalin dengan baik. Yang seharusnya jalinan usus dan anus bayi yang masih dalam kandungan terjalin, namun karena pertumbuhan sel yang tumbuh dalam bayi tidak sempurna. Hal ini menyebabkan terjadinya sumbatan pada bagian dalam. Diakui Dr Tjahja, secara teori bayi lahir tanpa anus tidakada.
Penyebab pasti bayi lahir tanpa anus tidak bisa dispesifikasikan. Begitu juga dengan pola makan ibu yang sedang mengandung tidak bisa dipastikan mempengaruhi kelahiran bayi tanpa anus. Namun ibu yang sedang mengandung bayi dalam rahim selalu dianjurkan memakan makanan yang bergizi dan berprotein tinggi. Karena pada saat hamil kebutuhan gizi seorang wanita meningkat guna memenuhi kebutuhan janin yang sedang berkembang.
“Asupan gizi dan protein ibu hamil harus dipenuhi, sebaiknya ibu hamil makan makanan yang mengandung protein tinggi, seperti daging, ayam, dan ikan,'' terangnya.
Selain asupan gizi dan protein, ibu hamil juga disarankan memakan makan yang mengandung asam florat. Hal ini berguna untuk pertumbuhan sel dalam janin. Penyebab bayi lahir tanpa anus, Tjahja menuturkan, bisa disebabkan karena sel yang tumbuh tidak pada tempat semestinya.
Hal senada juga diungkapkan dr. F.X. Erick Soeroso, Sp.OG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan. Menurut Erick, penyebab bayi lahir tanpa anus, bisa dikarenakan adanya gangguan fungsi pembelahan sel yang tidak sempurna. ''Bayi lahir tanpa anus bisa dikarenakan genetik, manipus-nya tidak sempurna. Sehingga pembentukan selnya tidak bisa tumbuh berkembang,'' tuturnya. Bayi lahir tanpa anus termasuk dalam kasus kelainan terhadap bayi. Penyebab pasti bayi lahir tanpa anus tidak bisa diketahui penyebabnya pastinya. Hanya saja, kasus kelahiran bayi lahir tanpa anus terjadi terhadap keluarga yang tidak mampu. Hal itu, kemungkinan bisa disebabkan, masukan gizi, protein dan asam florat pada ibu semasa hamil kurang. Apalagi kelainan bayi tanpa anus tidak bisa diperiksa pada saat dalam kandungan. Melainkan, setelah bayi itu lahir baru bisa diketahui.
.
Pembahasan
Yang dialami oleh bayi tersebut merupakan kelainan bawaan yang dapat dikenali setelah bayi itu lahir. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan atau cacat bawaan adalah kelainan dalam pertumbuhan struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh saat bayi dilahirkan.
kelainan kongenital yang dialami bayi tersebut termasuk malformasi yaitu gangguan bentuk organ yang disebabkan oleh kelainan intrinsìk(kelainan gen). Atau disruption yaitu yang disebabkan oleh kelainan ekstrinsik(obat atau asupan ibu.).

Dampak fisiologis
Bayi tidak dapat mengeluarkan fesesnya secara normal karena tidak memiliki anus. Dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan pada fisiknya. Ketahanan tubuhnya dapat terhambat jika semua kotoran tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh bayi, lama kelamaan akan menumpuk dan menimbulkan penyakit. Walaupun dioperasi, selama beberapa waktu, bayi tersebut akan menderita karena tidak dapat membuang feses dan flatusnya. Jika dalam jangka panjang tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan pada fungsi organ lainnya.

Dampak psikologis
Perkembangan psikologis pada bayi dapat juga dipengaruhi oleh aspek fisik. Seseorang yang mempunyai kelainan bawaan sejak lahir, tentu akan berpengaruh pada fisiknya. Pada tahap perkembangan psikologi pada anak, suatu tahap terdapat dimana anak akan mempunyai kebiasaan melihat sesuatu milik orang lain dan menyamakannya. Sehingga ketika anak merasa tidak memiliki hal yang sama maka akan timbul rasa penasaran pada anak. Pada bayi akan merasakan ketidaknyamanan yang sangat dan kelak setelah beranjak dewasa akan mengalami stress ( perasaan tertekan), minder, malu karena kelainan tidak memiliki anus.

Peran Bidan
Peran bidan dalam menangani masalah seperti ini adalah memberikan konseling kepada orang tua dan menyarankan kepada orang tua untuk segera melakukan pengobatan kepada dokter yang lebih berwenang. Selain itu, memperlakukan bayi seperti anak-anak pada umumnya. Bidan bisa menyarankan jalan keluar yang dapat ditempuh adalah melalui operasi yang akan dibuat lubang dan otot anusnya.

Kasus 2
Akibat Gizi Buruk Pada Seorang Anak

Seorang anak bernama Riri ketika berumur 1 tahun terkena gizi buruk. Berat badanya tidak lebih dari 4 kilogram. Riri tidak pernah mau makan dan minum. Setiap kali diberi makan, Riri akan menutup mulutnya rapat-rapat. Jika dipaksa, Riri akan menangis meraung-raung, sehingga apa yang dimasukkan kedalam mulutnya keluar semua.
Riri terpaksa dirawat di RS Ibu dan Anak agar kondisinya tidak semakin parah. Syukurlah Riri sembuh dan saat ini usianya sudah 5 tahun 6 bulan. Riri tumbuh sehat secara fisik.

Akan tetapi akibat dari terkena Gizi Buruk Riri mengalami keterlambatan dalam berfikir. Otaknya tidak cepat mencerna apa yang ada disekelilingnya. Satu lagi, kenakalan Riri sungguh luar biasa. Gadis kecil itu tak pernah mau memakai pakaian perempuan. Pilihannya adalah Celana panjang dan bergaya seperti lelaki. Dalam pelajaran Riri jauh ketinggalan, diusia yang hampir mencecah 6 tahun Riri belum mampu mengenal huruf abjad. Kemampuannya hanya sampai mengenal huruf A dan B saja. Untuk C dan selanjutnya Riri kewalahan.

Sang ibu menyesali kenapa Riri tidak sepintar dirinya ketika sekolah dulu. Memang tidak selamanya orang tua yang pintar memiliki anak yang pintar secara alamiah. Semua butuh proses, semua butuh latihan yang berterusan dan tentunya kesabaran. Jangan letakkan harapan yang tinggi pada seorang anak, hal ini bisa membuat anak tertekan dan akhirnya memberontak dengan caranya sendiri. Ketika berusia 1 hingga 5 tahun adalah lebih baik meletakkan diri kita setaraf dengan pemikiran anak. Bukan anak yang harus mengikuti jalan fikir orang dewasa tapi orang dewasalah yang mengikuti jalan fikiran anak dengan tetap mendidik tentunya. karena di usia begini seorang anak akan menyerap apa saya yang dilihat didengar dan apa yang terjadi disekililingnya.

Mungkin ada banyak Riri yang lain diluran sana dan ada banyak ibu yang harus lebih tekun mengajarkan anak yang memiliki sedikiiiitt saja kekurangan dan sang ibu dengan sabar mendidiknya tanpa jemu.

PEMBAHASAN
Melihat kasus di atas kekurangan gizi pada anak yang di Indonesia masih memprihatinkan. Peran orang tua di sini sangat dibutuhkan. Namun masih banyak orang tua yang tidak memahami terhadap komposisi makanan bergizi, namun selain itu bisa juga di sebabkan oleh masalah ekonomi dan penyakit.
Kekurangan gizi yang diderita Riri mengakibatkan mental Riri terganggu, kecerdasan otaknya juga sedikit terganggu. Untuk itu kebutuhan gizi pada bayi dan anak harus lebih diperhatikan karena pada masa ini adalah masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaiknya yang dilakukan orang tua Riri ini adalah ketika mengandung anaknya asupan gizi harus terpenuhi karena apabila tidak mencukupi akan berpengaruh pada janin, kemudian ketika bayi atau balita mendapat ASI eksklusif yang cukup. Karena ASI eksklusif merupakan makanan terbaik bayi. Pemberian : 0-6 bulan. Kegagalan ASI eksklusif disebabkan jumlah sel otaknya berkurang 15-20% . Makanan pendamping ASI juga sangat diperlukan ketika masih bayi.
Aspek Fisik
Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan.
Akibat yang bisa terjadi oleh status gizi buruk adalah;
1. Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh tenaga kesehatan.
2. Intelegensia yang rendah
3. Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari anak normal
4. Lebih sering terkena sakit infeksi seperti batuk pilek, diare, TBC, dan lain-lain karena turunnya kekebalan tubuh.
Aspek Psikologi
Perkembangan fisik pada anak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi psikologi pada anak. Seseorang yang mempunyai kekurangan dalam segi fisik akan mempengaruhi dalam pergaulan, sehingga akan berpengaruh dalam pola tingkah lakunya. Pola dan tingkah laku inilah yang akan menentukan karakter dan kepribadian pada anak. Karena psikologi pada anak berkembang dimulai dari proses belajar, mulai dari beradaptasi hingga mampu menemukan karakter dirinya sendiri.
Selain itu, hal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologi pada anak adalah keadaan gizi baik gizi pada anak tersebut setelah dilahirkan atau gizi pada saat bayi masih di dalam kandungan. Faktor pola asuh orang tua yang cenderung membeda-bedakan antara anak laki-laki dan perempuan juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Misalnya membeda-bedakan menu makan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan cenderung mendapatkan menu makan yang lebih sedikit dan bergizi rendah sehingga anak akan kekurangan gizi.
Aspek Agama
Dalam al- quran dicantumkan dalam surat Luqman ayat 14 yang artinya
“ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam 2 tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.”(QS. Luqman:14)
Dalam hal ini Al Quran memerintahkan kepada para ibu untuk memberikan susunya selama 2 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa air susu ibu dapat mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan anak.
Program pemerintah juga ikut berperan yaitu dengan menganjurkan untuk pemberian ASI eksklusif dan dilanjutkan dengan pemberian ASI hingga bayi berusia 2 tahun. Karena ASI sangat penting bagi pemenuhan gizi pada anak, gizi pada ASI tidak ada bandingannya dengan susu lainnya.
Aspek lingkungan
Lingkungan menjadi aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu lingkungan seharusnya memberikan perhatian yang lebih terhadap penderita gizi buruk. Seperti berusaha memberikan makanan yang bergizi kepada anak dan melaporkan kepada pemerintah yang terkait agar membeerikan penanganan segera kepada penderita agar tidak terjadi kejadian berlanjut. Dalam hal ini sikap sosial yang tingi diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan jiwa sosial yang tinggi akan timbul perasaan saling menyayangi dan berbagi dengan sesama.
Aspek Hukum
Berdasakan KEPMENKES RI No 900/ MENKES /SK/VII/2002 pasal 16 ayat 2 poin (e) menerangkan bahwa seorang Bidan berhak melakukan pelayanan kebidanan pada anak yaitu melakukan pemantauan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, bidan senantiasa memantau kadaan dan tumbuh kembang pada anak sehingga diharapkan kasus seperti gizi buruk tidak akan terjadi lagi.
Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan pasal 131 ayat 1 yang berbunyi:
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menururunkan angka kematian bayi dan anak.
Dalam hal ini berarti pemerintah akan melakukan upaya pemeliharaan kesehatan pada bayi dan anak sehingga diharapkan akan mampu menurunkan angka kematian pada bayi dan anak.
Peran Bidan
Bidan sebaiknya bertanggung jawab atas keadaan yang terjadi dilingkungannya. Selalu memantau keadaan kesehatan dan tumbuh kembangnya. Selain itu sorang bidan diharapkan mampu emberikan pelayanana yang lebih kepada masyarakat. Bidan juga hendaknya melaporkan semua keadaan masyarakat, termasuk gizi buruk kpada aparat pemerintah sehingga akan mendapatkan pelayanan atau asupan gizi yang lebih.


BAB IV
PENUTUP


KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tumbuh kembang proses tumbuh dan berkembang seorang anak baik dari segi fisik, psikologis dan sosial. Tumbuh kembang pada anak akan mengikuti pola yang sama dan tertentu, tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan meliputi faktor gizi, psikologis dan lingkungan.
Peran serta orang tua, lingkungan sekitar dan petugas kesehatan juga berperan penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Oleh karena itu harus ada jalinan kerjasama yang baik antara orang tua, petugas keehatan dan aparat pemerintah agar terwujud kesejahteraan kesehatan pada anak dan terwujud generasi yang berkualitas, sehat, dan cerdas sehingga diharapkan akan mampu menurunkan angka kematian pada bayi dan anak di Indonesia.

SARAN
• Kepada orang tua penting dalam memperhatikan tumbuh kembang anaknya baik secara fisik maupun psikologisnya.
• Kepada masyarakat diharapkan mampu menciptakan suasana masyarakat yang berkualitas karena akan mempengaruhi pada psikologis anak.
• Kepada para kader kesehatan hendaknyaselalu memantau keadaan dan tumbuh kembang pada bayi dan anak serta mampu memberikan penyuluhan kepada para orang tua tentang bagaimana pentingnya memperhatikan tumbuh kembang anak dan bahaya apa saja yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak tersebut.
• Kepada aparat pemerintah hendaknya mampu memberikan penjaminan mutu kesehatan kepada masyarakat terutama kepada masyarakat miskin seperti memberikan makanan bergizi atau makanan pendamping ASI kepada bayi.



DAFTAR PUSTAKA


Aritonang, Irianton.1996.Pemantauan Pertumbuhan Balita. Yogyakarta:Kanisius.
Pusdiklat Depkes RI.1981.Anak Anda pada Umur 6-12 tahun.Jakarta:Japan Internasional Cooperation Agency.
Hurlock, Elizabeth B.2002. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Soetjiningsih.1995.Tumbuh Kembang Anak.Surabaya:Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar